Pengertian ETIKA
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan moral yang
menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik
secara pribadi maupun kelompok.
Menurut Magnis Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan bukan
suatu ajaran.
Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus
hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran
berbentuk nasihat, wejangan peraturan, perintah dan semacamnya yang bersifat turun temurun.
Jadi moralitas adalah petunjuk konkrit yang siap pakai tentang
bagaimana kita harus hidup ,sedangkan etika adalah perwujudan secara kritis dan
rasional ajaran moral yang siap pakai itu.
Pembagian Etika
Dalam kaitannya dengan nilai dan norma, menemukan 2 macam
etika:
- Etika deskriptif, berbicara mengenai fakta apa adanya, yakni mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya.
- Etika normatif, berbicara mengenai norma-norma yang menentukan tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma.
Perbedaannya adalah etika deskriptif memberi fakta sebagai
dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku dan sikap yang mau diambil, sedangkan etika normatif memberi
penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang
diputuskan.
Secara umum norma dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Norma khusus, contohnya bermain bola
Ø
Norma sopan santun, contohnya cara bertemu,
makan, duduk dan sebagainya.
Ø
Norma hukum, lebih tegas dan pasti karena
dijamin oleh hukum terhadap para penggarnya.
Ø
Norma moral, yakni aturan mengenai sikap dan
perilaku manusia sebagai manusia. Penilaiannya bukan berdasarkan profesi tetapi
manusia yang menjalankan profesi tertentu.
Sistematika Etika
Etika secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori:
- · Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, mengambil keputusan secara etis serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu tindakan.
- · Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan seperti “bagaiman saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang lakukan yang didasari olah cara, teori dan prinsip moral dasar”
- Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
- Etika sosial,
berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota
manusia.
Pengertian ESTETIKA
Estetika merupakan istilah yang muncul sekitar tahun 1750
oleh A.G. Baumgarten, seorang filsuf minor. Istilah tersebut diperoleh dari
bahasa Yunani kuno, yaitu aistheton yang artinya kemampuan melihat melalui
penginderaan. Estetika dihubungkan dengan sesuatu yang berbau seni karena
mengandung keindahan yang dapat dipandang. Sejak kemunculannya, estetika
menjadi istilah yang selalu digunakan untuk mengutarakan bahasa filsafat
terhadap karya seni. Namun, nyatanya seni tidak hanya dipandang sebagai sesuatu
yang indah sehingga harus ada bidang yang digunakan untuk menjawab hakekat seni
sebenarnya yaitu filsafat seni. Seperti yang dikemukakan oleh Jacob Sumardjo,
perbedaan pengertian antara estetika dengan filsafat seni adalah pada objek
yang dinilainya. Jika estetika merupakan pengetahuan yang membahas tentang
keindahan segala macam hal mulai dari seni dan juga keindahan alam, maka
filsafat seni hanya mempersoalkan karya yang dianggap seni itu sendiri saja.
Sementara itu, pengertian istilah estetika terus berkembang
dan memiliki uraian berbeda dari para ahli, diantaranya :
- K. Kuypers : “estetika adalah hal-hal yang berlandaskan pada sesuatu yang berkaitan dengan pengamatan.”
- Louis Kattsof : “estetika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan batasan rakitan (stucture) dan peranan (role) dari keindahan, khususnya dalam seni.”
- Estetika disebut juga dengan istilah filsafat keindahan. Emmanuel Kant meninjau keindahan dari 2 segi, pertama dari segi arti yang subyektif dan kedua dari segi arti yang obyektif.
a. Subyektif: Keindahan adalah sesuatu yang tanpa direnungkan
dan tanpa sangkut paut dengan kegunaan praktis, tetapi mendatangkan rasa senang
pada si penghayat.
b. Obyektif: Keserasian dari suatu obyek terhadap
tujuan yang dikandungnya, sejauh obyek ini tidak ditinjau dari segi gunanya.
Bagi Immanuel Kant, sarana kejiwaan yang disebut cita rasa itu berhubungan
dengan dicapainya kepuasan atau tidak dicapainya kepuasaan atas obyek yang
diamati. Rasa puas itu pun berkaitan dengan minat seseorang atas sesuatu.
Pembahasan estetika akan berhubungan dengan nilai-nilai
sensoris yang dikaitkan dengan sentimen dan rasa. Sehingga estetika akan
mempersoalkan pula teori-teori mengenai seni. Dengan demikian, estetika
merupakan sebuah teori yang meliputi:
· Penyelidikan mengenai sesuatu yang indah
· Penyelidikan mengenai prinsip-prinsip yang mendasari seni
· Pengalaman yang bertalian dengan seni, masalah yang
berkaitan dengan penciptaan seni, penilaian terhadap seni dan perenungan atas
seni.
Persoalan estetika
pada pokoknya meliputi empat hal :
- Nilai estetika (esthetic value) : ukuran derajad tinggi-rendah atau kadar yang dapat diperhatikan, diteliti atau dihayati dalam berbagai objek yang bersifat fisik maupun abstrak. Nilai dapat diartikan sebagai esensi, pokok yang mendasar, yang akhirnya dapat menjadi dasar-dasar normatif.
- Pengalaman estetis (esthetic experience) : Dalam menikmati karya seni, ada dua kategori, yaitu pengalaman artistik dan pengalaman estetik. Pengalaman artistik adalah pengalaman seni yang terjadi dalam proses penciptaan karya seni. Pengalaman ini dirasakan oleh seniman atau pencipta seni pada saat melakukan aktivitas artistik. Sedangkan pengalaman estetik adalah pengalaman yang dirasakan oleh penikmat terhadap karya estetik (keindahan). Konteksnya bisa ditunjukan untuk penikmat karya seni dan keindahan alam.
- Perilaku orang yang mencipta (seniman) : Seniman berusaha mengkomunikasikan idenya lewat benda-benda seni kepada publik. Publik yang menikmati dan menilai karya seni tersebut akan memberikan nilai-nilai. Pikiran para seniman tidak selalu bersifat abstrak dalam menuangkan idenya.
- Seni : Dalam kehidupan manusia, tidak satupun yang tak dapat diungkapkan dalam seni, baik yang bersifat murni maupun yang bersifat rohani. Dengan bertolak dari suatu pernyataan bahwa seni adalah penampilan (representation) dan bukan kenyataan (reality). Dengan seni, seniman dapat mengemukakan suatu bahan pikiran tertentu, renungan atau ajaran tertentu bagi para publiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar